Minggu, 27 November 2011

praktikum Brachiopoda


I.  PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang    
Brachiopoda  berasal dari kata brachys yang berarti  pendek  dan  pous yang artimya kaki. Jadi Brachiopoda adalah hewan laut yang hidup didalam setangkup cangkang terbuat dari zat kapur atau zat tanduk. Mereka biasanya hidup menempel pada substrak dengan semen langsung atau dengan tangkai yang memanjang dari ujung cangkang (Suhardi, 2002)
  Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan Mollusca jenis Bivalvia di mana pada bagian terlindungi secara eksternal oleh sepasang convex yang dikelompokkan ke dalam cangkang yang dilapisi dengan permukaan yang tipis dari periostacum organik, yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu (invertebrata palaeontologi). Hewan Brachiopoda merupakan kelompok hewan lain selain Ectoprocta yang terkait  dengan fosil-fosil dari zaman Cambria. Hewan tersebut dinamakan demikian karena anggapan yang salah bahwa hewan ini menggunakan lengan-lengan mereka yang menggulung untuk bergerak. Dalam kelompok ini lebih  banyak yang menjadi fosil dari pada  yang masih hidup  (Aslan, dkk., 2010).
Lingula unguis merupakan salah satu marga (genus) dari phylum Brachiopoda yang keberadaannya sampai sekarang masih hidup di zona intertidal dan mendapat sebutan fosil hidup atau dalam istilah lainnya “Living Fossil”.  Hewan ini lazimnya disebut Kerang Lentera (lamp shell).  Hal ini karena bentuknya yang menyerupai lampu minyak pada zaman kerajaan romawi kuno.  Hewan ini dikenal sebagai hewan yang hidup di dalam liang pada dasar lumpur atau pasir berlumpur.  Lingula unguis termasuk hewan penggali pasir dengan menggunakan semacam tangkai berotot yang terbuat dari organ lunak  (Aslan, dkk., 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu di adakan pratikum mengenai filum Brachiopoda yaitu lingula unguis untuk mengetahui morfologi dan anatomi serta dapat mengklasifikasikannya.
1.2.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan pada praktikum filum Brachiopoda adalah untuk mengetahui filum Brachiopoda secara morfologi dan anatomi serta dapat mengetahui bagian-bagian  filum Brachiopoda.
Manfaat pada praktikum filum Brachiopoda adalah sebagai bahan dasar masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum Brachiopoda.



II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Klasifikasi
Kerang lentera atau dalam bahasa latin dikenal dengan nama Lingula unguis tersebar luas di daerah tropis, terletak di daerah pasifik seperti kepulauan Indonesia, Malaysia, perairan Jepang, China, dan Filiphina (Ariadmo, 2000).
Menurut Gosner (1971) dalam Resky Wulandaris (2006) klasifisikasi Lingula unguis sebagai berikut:
Phylum : Brachiopoda
        Class : Inarticulata
                Ordo : Lingulida
                         Famili : Lingulidae
                                 Genus : Lingula
                                          Spesies : Lingula unguis
Lingula unguis




                                   

                                        Gambar 4. Kerang lentera (linggula unguis)
2.2.  Morfologi dan Anatomi
 Kerang lentera, tubuh bagian dalamnya terdiri atas organ-organ seperti hati, saluran pencernaan (usus dan lambung), kelenjar pankreas, gonad dan otot-otot  yang berfungsi sebagai penggerak organ membuka dan menutup cangkang serta gerakan memutar tubuhnya yang disebut pedikel. Di bagian depan (anterior) sebelah dalam cangkang terdapat suatu organ yang berlipat-lipat menyerupai bentuk tapal sepatu kuda dan disebut lafofor. Organ ini dilengkapi dengan tentakel sebagai organ respirasi dan alat untuk menangkap makanannya, divisi dinding usus terdapat lubang kecil yang disebut nephridium dan merupakan lubang pembuangan zat-zat tidak berguna. Nephridium selain berguna sebagai organ ekskresi juga sebagai organ reproduksi (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
 Bagian luar dari Brachiopoda ini juga biasa disebut “lamp shell” (Kerang Lampu) hampir mirip dengan phoronids. Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan Mollusca jenis Bivalvia dimana pada bagian tubuhnya terlindungi secara eksternal oleh sepasang convex yang dikelompokkan ke dalam cangkang yang dilapisi oleh permukaan yang tipis dari periostracum organic yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu. Dalam kelompok ini lebih banyak jenisnya yang menjadi fosil dari pada yang masih hidup  (Romimohtarto dan Juwana,  2005).
Tubuh bagian dalam (anatomi) Kerang Lentera (lingula unguis) terdiri dari atas organ-organ seperti hati, saluran pencernaan (usus dan lambung), kelenjar pancreas, gonad dan otot-otot yang berfungsi sebagai penggerak organ seperti membuka dan menutup cangkang serta gerakan memutar tubuhnya yang disebut pendukel.  Bagian depan (anterior) sebelah dalam cangkang terdapat suatu organ yang terlipat-lipat menyerupai bentuk tapak sepatu kuda yang disebut lofofor.  Organ ini dilengkapi dengan tentakel bulu (bercillium) sebagai organ respirasi dan alat bantu untuk menangkap makanannya.  Di sisi dinding usus terdapat lubang kecil yang disebut nephridium dan merupakan lubang pembuangan zat-zat yang tidak berguna.  Nephridium selain sebagai organ eksresi juga sebagai organ reproduks.
Hewan Brachiopoda hidup menempel pada substratnya melalu suatu tangkai, dan membuka cangkangnya sedikit untuk memungkinkan air mengalir di  antara cangkang dan lofofor. Semua anggota Brachiopoda yang masih hidup adalah sisa-sisa dari masah lalu yang jauh lebih jaya; hanya sekitar 330 spesies tersebut yang diketahui, tetapi terdapat 30.000 spesies fosil peleozoikum dan mesozoikum  (Nail A Campbell, 2003). 
2.3. Habitat dan Penyebaran
         Lingula unguis tersebar luas di daerah tropis, terutama di daerah pasifik seperti kepulauan Indo malayan perairan Jepang, China, dan Philipina. Kerang lentera hidup di dasar perairan yang umunya dangkal, tidak berkoloni, daerah berlumpur dan dapat berpindah tempat dengan pendukel yang berfungsi sebagai tongkat. Gerakan ini juga terjadi karena adanya pasang surut. Lumpur sebagian besar merupakan partikel-partikel zat organik untuk berbagai jenis kerang tempat hidup yang baik. Meningkatnya kandungan lumpur yang belum mengendap menyebabkan cahaya matahari  penetrasinya terhadap dasar perairan dan kerang lentera umumnya membenamkan dirinya didalam sedimen berpasir atau daerah berlumpur. Daerah garis pantai berpasir sebagai daerah peralihan antara laut dan darat ternyata banyak dihuni oleh organisme ini (Ariadmo, 2000).   
Kerang umumnya membenamkan diri di dalam pasir atau pasir berlumpur.  Pantai berpasir dan berlumpur memiliki beberapa perbedaan di mana pantai berpasir memiliki ukuran butiran yang lebih besar dibandingkan daerah berlumpur yang memiliki butiran yang sangat halus. Pantai berlumpur cenderung mengakumulasi bahan organik yang berarti bahwa cukup banyak bahan makanan yang potensial untuk organisme penghuni pantai, akan tetapi keadaan berlimpahnya partikel organik yang halus ini mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernapasan bagi organisme yang membenamkan diri di dalamnya (Suhardi, 2002).
Sebanyak 30.000 spesies Brachiopoda hidup pada era paleozoikum dan mezoikum. Fosil Brachiopoda tersebar luas dan banyak pada dasar batuan dasar laut, sekitar 335 spesies hidup sampai saat ini, semuanya hidup dilaut, soliter dan biasanya menempel pada batu atau benda padat lainnya, beberapa spesies hidup dalam lubang pasir atau lumpur pantai dan umumnya ditemukan di daerah pantai sedang dan dingin.
2.4.  Reproduksi dan Daur Hidup
Lingula  unguis  bergerak lambat,  mencapai panjang cangkang 5 cm dalam waktu 12 tahun.  Hewan ini menjadi matang kelamin,  mencapai 2,25 cm.  Pemijahan terjadi disepanjang tahun. Telur dan spermatozoa disebar akan terbentuk larva  dan terjadi pembuahan.  Embrio yang dihasilkan akan terbentuk menjadi larva yang berenang bebas. Larva ini menghanyut di permukaan laut dan makan tumbuh-tumbuhan renik yang terdapat di laut  (Romimohtarto dan Juwana,  2005).
Reproksi seksual, umumnya dioecious, gomad biasanya berupa empat kelompok gamet yang dihasilkan dalam peritoneum, kecuali yang dierami gamet dilepaskan ke air melalui nepridia. Pembuahan diliar tubuh, telur menetas menjadi larva yang berenang bebas dan sudah mulai makan. Larva inarcitulata bentuknya mirip brachiopoda dewasa tidak mengalami metamorphosa pada akhir stadia larva tumbuh pedicle serta cangkang dan larva turun ke substrat untuk kemudian hidup dalam lubang (Aslan, dkk, 2007)
2.5.  Makanan dan Kebiasaan Makan
Makanan Kerang Lentera (Lingula unguis) adalah jasad renik yang melayang di dalam air seperti plankton, sebagai hewan bentik yang hidup menetap pada suatu dasar atau substrat.
 Lingula unguis mendapatkan makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel yang ada di dalam air.  Cara makan lingula unguis agak berbeda dengan hewan penyaring lainnya seperti kerang-kerangan Mollusca, karena hewan ini mempunyai organ berbulu getar yang disebut lofofor.  Dengan bantuan organ tersebut. Kerang lentera dapat menangkap makanannya dan zat yang tidak dibutuhkan akan dihalau keluar tubuh. 
Makanan yang didapat akan didorong masuk ke rongga mulut dan selanjutnya ke dalam lambung untuk dicerna.  Zat-zat sisa berupa kotoran dikeluarkan melalui lubang kecil yang terdapat di dinding usus keluar tubuh (Romimohtarto dan Juwana, 2005).

2.6.  Nilai Ekonomis
Lingula unguis merupakan salah satu spesies yang mempunyai nilai ekonomis yaitu sebagai protein hewani, sehingga keberadaannya di perairan diambil oleh masyarakat untuk dikonsumsi sebagai pengganti ikan. (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Kerang lentera umumnya dikonsumsi sebagai bahan makanan yang biasanya di konsumsi penduduk di dekat pantai dan cangkangnya dapat di jadikan hiasan.
Branchiopoda adalah suatu kelompok primitif dan terutama binatang berkulit keras, yang kebanyakan menyerupai udang. Ada di atas 900 jenis dikenal di seluruh dunia. Beberapa terkenal, mencakup Artemia ( air asin udang,  Sea-Monkeys ketika dijual seperti hal-hal baru), dan Daphnia.















III.  METODE PRAKTIKUM
3.1.  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 18 November 2011 pukul 14.00-16.00 WITA. Bertempat di  Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Haluoleo, Kendari.
3.2.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Filum Brachiopoda beserta kegunaannya dapat dilihat pada table 2 berikut :
Tabel 2.  Alat dan bahan serta kegunaannya.
No.        Alat dan Bahan                                          Kegunaan
1.            Alat  :                                        
              -  Baki (Dissecting-pan)                               Wadah menyimpan objek
              -  Pisau bedah (Scalpel)                               Alat membedah  objek
              -  Pinset (forceps)                                         Alat mengambil bahan
   2.          Bahan  :
              -  Kerang lentera                                           Sebagai objek yang diamati
              -  Alkohol 70%                                              Sebagai bahan pengawet
3.3.  Prosedur Kerja
   Prosedur kerja pada pratikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengamatan pada organisme yang telah di ambil dari perairan.
2.    Meletakan organisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian    organisme tersebut.
3. Menggambar bentuk secara morfologi dan anatomi bagian-bagian organisme yang telah di identifikasi dan di beri keterangan padea buku gambar.





IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
-          Morfologi filum Brachiopoda (lingula unguis)
                                                                                     Keterangan :
1.      Exhalent pseudoscphon
2.      Inhalent pseudoscphon
3.      Chaeta
4.      Ventral value
5.      Apeks Muscle
6.      Cuticle
7.      Sand




        Gambar 5. Morfologi Kerang Lentera (Lingula unguis)
-          Anatomi filum Braciopoda (lingula unguis)

Keterangan :
1.      Tentakel
2.      Nepridium Gonad
3.      Cangkang
4.      Otot
5.      Lambung
6.      Lophophore


Gambar 6. Anatomi filum Braciopoda (lingula unguis)
4.2.   Pembahasan
          Kerang lentera merupakan organisme yang termasuk dalam
Phylum  Brachiopoda yang mempunyai cangkang yang terdiri dari tangkup tetapi kedua tangkup ini tidak berengsel. Tidak seperti halnya kerang yang terdiri dari tangkup kiri dan kanan, tetapi ia terdiri dari atas dan bawah.
Pada pengamatan filum Brachiopoda yakni Lingula unguis, dapat diketahui bahwa hewan laut ini hidup di dalam setangkup cangkang yang terbuat dari zat kapur atau zat tanduk yang terdiri dari dua tangkup.  Kedua tangkupnya tidak seperti halnya kerang yang terdiri dari tangkup kiri dan kanan, terdiri dari bagian atas dan bawah.  Cangkang  Lingula. unguis ada di depan.  Bagian utama tubuhnya berisi visera  dan pada bagian pinggiran setiap lengan terdapat dua baris tentakel yang dipenuhi oleh bulu getar.  Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh  Romimohtarto dan Juwana (2005) yang menyatakan bahwa Lingula unguis mempunyai cangkang dari zat tanduk yang terdiri dari dua tangkup, tetapi tidak berengsel.  Kedua tangkup ini, tidak seperti halnya kerang yang terdiri dari tangkup kiri dan kanan, terdiri dari bagian atas dan bawah.  Bukan  cangkang Lingula unguis ada di depan. Bagian utama dari tubuhnya berisi visera, terdapat di separuh belakang cangkangnya.  Sebuah ruang yang tertutup di antara kedua tangkup cangkang di depan tubuh dalam rongga mantel (mantel cavity), yang bagian dalamnya dilapisi oleh mantel, sebuah tutup dari dinding tubuh.  Pada bagian pinggiran setiap lengan terdapat dua baris tentakel yang dipenuhi oleh bulu getar.  Reproduksi Lingula unguis  berlangsung secara eksternal, di mana telur dan spermatozoa yang telah matang disebar di dalam air akan terbentuk larva dan terjadi pembuahan embrio yang dihasilkan akan terbentuk menjadi larva yang berenang bebas.
Lingula  unguis  bergerak lambat,  mencapai panjang cangkang 5 cm dalam waktu 12 tahun.  Hewan ini menjadi matang kelamin,  mencapai 2,25 cm.  Pemijahan terjadi disepanjang tahun.Satu lengan dan lateral. Setiap lengan menjulur dan tentakel membuka gulungan dan mekar. Tapak-tapak bulu-getar tertentu pada kentakel dari setiap lengan memukul-mukul bersamaan menyebabkan air berisi makan dan oksigen masuk ke dalam rongga mantel melalu etiap tabung bulu lateral.
       Di dalam cangkang terdapat lophohore yang berfungsi untuk mendapatkan makanan. Menurut Suwignyo dkk.(2005)  Bentuk lophophore seperti dua tangan atau “brachia” yang panjang, menggulung dan masing-masing mengandung deretan tentakel serta alur makanan menuju mulut. Pada waktu makan, kedua keping cangkang terbuka sedikit, dan gerakan cilia pada tentakel menghasilkan aliran air yang membawa makanan, kemudian terperangkap pada lendir tentakel dan oleh gerakan cilia dialirkan ke mulut.Makanan terdiri atas fitiplankton, partikel terlarut dan koloid.
Sebagai hewan bentik lingula unguis hidup di dasar perairan umumnya dangkal, tidak berkoloni (soliter), di daerah berlumpur dan biasa berpindah tempat dengan bantuan perikel yang berfungsi sebagai tongkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suwignya, dkk 2005 yang menyatakan hahwa sebanyak 30.000 spesies dari filum Brachiopoda hidup pada era Palaezoikum dan Mesozoikum. Fosil brachiopoda tersebar luas dan banyak terdapat dalam batuan dasar laut.Sekitar 335spesies hidup, semuanya hidup di laut, soliter dan biasanya menempel pada batuan atau pada benda padat lainnya.
Pada umumnya kerang lentera memperoleh makanannya dengan menyaring partikel-partikel yang terdapat di dalam air laut. Hal ini didukung oleh pernyataan Nybakken (1992) dalam Iskandar (2006) yang menyatakan bahwa makanan kerang lentera (Lingula unguis) adalah jasad renik yang melayang di dalam air seperti plankton, sebagai hewan bentik yang hidup menetap pada suatu dasar atau substrat.  Kerang Lentara mendapatkan makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel yang ada di dalam air. 
Kerang lentera (Lingula unguis) merupakan salah satu spesies yang mempunyai nilai ekonomis yaitu sebagai protein hewani, sehingga keberadaannya di perairan diambil oleh masyarakat untuk dikonsumsi sebagai pengganti ikan.Selain bisa dikonsumsi, penduduk didekat pantai, cangkangnya dijadikan sebagai hiasan pakaian (Aslan, dkk. 2009).













V.  PENUTUP
5.1.  Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada praktikum kali ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berkut :
1.   Secara morfologi, filum Brachiopoda nampak adanya tentakel, cangkang, dan tangkai.
2.   Secara anatomi, filum Brachiopoda nampak adanya tentakel, nephridium gonad, cangkang, otot, lambung, dan lophophore.
3.  Klafikasi salah satu species dari filum Brachiopoda yaitu filum = Branchiopoda, class = inarticulata, ordo = lingulida, family = Lingulidae, genus = Lingula, dan spesies = Lingual unguis.
5.2.  Saran                            
Saran saya sebagai praktikan adalah alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum dapat lebih dilengkapi sehingga dapat mendukung praktikum selanjutnya.
                        














DAFTAR PUSTAKA
Aslan, M, L., Wa Iba., Kamri, S., Irawati., Subhan., Purnama, F, M., M., Jaya, I, M., Rahmansyah., Saputra, R., Tiar, S., Mulyani, T., Kasendri, R, A., Zhuhuriani, Riana, A. 2011. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.
Neil, A., 2003. Biologi. Edisi kelima Jilid II. Penerbit Erlangga. Jakarta. 
Romimohtarto, K., dan Sri Juwana, 2005.  Biologi Laut.  Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.  Djambatan.  Jakarta.
Suhardi.,  2002. Buku Evolusi Avertebrata Universitas Indonesia. Jakarta.
Suwignyo, S dkk., 2005. Avertebrata Air. Penebar Swadaya. Jakarta.

















LAPORAN AVERTEBRATA AIR
PRAKTIKUM VIII
(FILUM BRACHIOPODA)


UNHALU
 




 

OLEH:

NAMA                                               : RONI NERLIANO
STAMBUK                                       : I1A2 10 061
KELOMPOK                                    : II (DUA)
PROGRAM STUDI                         : BUDIDAYA PERAIRAN
ASISTEN PEMBIMBING              : MUH. FAJAR PURNAMA         

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar